Jumat, November 19, 2010

TERJEMAHAN PIDATO OBAMA DI UI

Terima kasih atas sambutan yang luar biasa ini, terima kasih kepada warga jakarta, dan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia.

Pulang kampung nih.

Saya sangat senang bisa kembali ke Indonesia, dan Michelle bisa menyertai saya. Memang ada beberapa hal yang tidak tepat terjadi pada awal tahun ini, namun saya terus berusaha untuk mengunjungi negara yang sangat berarti bagi diri saya ini. Sayangnya kunjungan ini sangat singkat, namun saya berjanji untuk kembali tahun depan, saat Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur.

Sebelum berbicara lebih jauh, saya ingin menyampaikan doa kepada seluruh warga Indonesia yang terkena dampak bencana Tsunami, gunung merapi, terutama bagi mereka yang kehilangan orang-orang yang dicintai, dan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal. Seperti biasa, US akan mendampingi indonesia dalam menangani bencana alam ini dan kami senang bisa memberikan bantuan yang diperlukan. Sebagai sesama bangsa dan keluarga. Saya yakin, kekuatan hati orang Indonesia, akan membantu kita melewati masa-masa sulit ini.

Izinkan saya mengawali dengan pernyataan yang sederhana, Indonesia adalah bagian dari diri saya. Saya datang ke negara ini saat Ibu saya menikah dengan seorang pria Indonesia yang bernama Lolo Soetoro. Sebagai seorang anak kecil, saya mendapati diri saya berada di dunia yang berbeda. Tapi orang-orang Indonesia dengan cepat membuat saya merasa hidup di tanah tumpah darah sendiri.

Jakarta tampak sangat berbeda saat itu. Kota dipenuhi dengan gedung yang tingginnya hanya beberapa lantai. Hotel Indonesia adalah satu-satunya gedung pencakar langit yang ada, dan hanya ada satu department store besar yang bernama Sarinah. Hanya itu. Becak dan bemo adalah sarana angkutan yang bisa kita gunakan untuk berkeliling. Sekarang jalanan sudah dipenuhi mobil dan jalan tol dengan cepat menggantikan jalan tanah dan kampung-kampung.

Kami pindah ke Menteng Dalam. Hei, itu ada beberapa orang Menteng Dalam di sini. Di mana kami tinggal di sebuah rumah kecil dengan sebatang pohon mangga di depannya. Saya belajar mencintai Indonesia sambil main layang-layang, berlarian di sawah, menangkap capung dan membeli sate dan bakso dari pedagang keliling. Saya masih ingat suara pedagangnya, Sate... Bakso.. Enak ya..

Tapi yang paling saya ingat adalah, warganya. Ada orang tua laki-laki dan perempuan yang menyambut kami dengan senyum. Ada anak-anak yang menyambut pendatang dengan ramah hingga merasa berada di lingkungan sendiri, serta para guru yang mengajarkan tentang negara ini kepada saya.

Indonesia terdiri atas ribuan pulau, ratusan bahasa, dan penduduk yang terdiri atas sejumlah wilayah dan suku. Waktu keberadaan saya di sini membantu saya menghargai persamaan manusia. Dan ayah tiri saya, sebagaimana umumnya orang Indonesia, adalah orang Islam, yang percaya sepenuhnya bahwa semua agama harus dihargai. Dengan begitu, dia menampilkan jiwa toleransi beragama yang termaktub dalam Konstitusi Indonesia, yang bertahan sebagai karakter yang inspiratif.

Saya tinggal di sini selama 4 tahun, sebuah rangkaian waktu yang membentuk masa kanak-kanak saya. Sebuah rangkaian waktu yang dihiasi dengan kelahiran adik saya tercinta Maya, dan sebuah waktu yang membuat kesan bagi ibu saya sehingga beliau tetap kembali ke Indonesia dalam dua puluh tahun berikutnya, untuk tinggal, bekerja dan berkeliling, memuaskan hasratnya untuk meningkatkan kesempatan bagi warga desa yang ada di Indonesia, Terutama kesempatan bagi kaum wanita. Saya merasa sangat terhormat, Presiden Yudhoyono dalam jamun makan malam kenegaraan, menganugrahkan penghargaan yang saya terima atas nama beliau, sebagai apresiasi terhadap jasa beliau. Saya yakin beliau pasti bangga, karena beliau merangkul Indonesia dan warganya di dalam hati sepanjang hidupnya.

Banyak hal yang sudah berubah selama 4 dekade, sejak saya terbang kembali ke Hawaii. Jika anda tanya saya, atau bertanya kepada sejumlah teman sekolah saya, yang tahu keberangkatan saya saat itu, saya kira, tidak ada seorangpun di antara kami yang pernah menduga, bahwa suatu saat saya akan kembali ke negara ini sebagai presiden USA.

Jakarta yang pernah saya kenal, kini telah tumbuh menjadi kota yang padat dengan penduduk hampir 10 juta, pencakar langit yang membuat hotel Indonesia tampak kecil, dan tumbuh pesat sebagai pusat budaya dan perdagangan. Sementara saya dan teman-teman saya dulu berlari di lapangan becek yang dipenuhi sapi dan kambing, generasi baru Indonesia kini dilingkupi dengan peralatan kabel dan terhubung dengan telepon seluler dan jejaring sosial. Dan Indonesia sebagai sebuah negara yang muda lebih fokus ke dalam, sebuah Indonesia yang sedang tumbuh kini memegang peranan penting di Asia Pasifik dan Ekonomi Global.

Perubahan-perubahan ini juga menjangkiti bidang politik. Saat ayah tiri saya masih kecil, dia menyaksikan ayah dan kakaknya meninggalkan rumah untuk berjuang dan mati dalam pertempuran merebut kemerdekaan. Saya bahagia berada di sini pada Hari Pahlawan yang dirayakan untuk mengenang begitu banyak pahlawan yang telah berkorban untuk membesarkan negara ini.

Saat pindah ke Jakarta pada 1967, itu merupakan tahun-tahun yang penuh denga penderitaan dan konflik. Meskipun ayah tiri saya bekerja sebagai tentara, kekerasan dan pembunuhan terjadi sebagai goncangan politik yang tidak saya ketahui karena tidak pernah dibicarakan di kalangan kelurga dan teman-teman. Di rumah saya, sebagaimana di rumah lainnya, kenangan akan hal itu merupakan sesuatu yang tidak kasat mata. Indonesia memang merdeka, tetapi seringkali, mereka tidak bebas untuk membicarakan apa yang terlintas di kepala mereka.

Sejak tahun tahun itu, indonesia telah menggambarkan diri dengan mimilih mengubah arah hidupnya melalui transformasi demokrasi yang luar biasa, dari negara yang pernah diperintah dengan tangan besi menjadi negara dengan pemerintahan oleh rakyat. Akhir-akhir ini, dunia menyaksikan, dengan harapan dan penghargaan, ketika Indonesia menyelenggarakan peralihan kekuasaan yang berlangsung damai melalui pemilihan presiden dan legislator secara langsung. Dan demokrasi anda disokong dan dilindungi oleh mekanisme check dan balances, masyarakat madani yang dinamis, partai politik dan persatuan, media yang bergairah, dan warga negara yang terikat satu sama lain, yang meyakinkan bahwa di Indonesia, sudah tidak ada kata mundur dari demokrasi.

Bahwa meskipun tanah masa kanak-kanak saya ini telah banyak berubah, hal-hal yang pernah saya pelajari untuk mencintai indonesia tetap ada hingga sekarang. Yaitu jiwa toleransi yang tertulis dalam konstitusi, disimbolisasikan di masjid-masjid, gereja-gereja dan kuil-kuil, berdiri berdampingan satu sama lain, semangat itulah yang membentuk warga anda, Bhinneka tunggal ika, persatuan dalam perbedaan. Inilah fondasi dari Indonesia yang dapat menjadi contoh bagi dunia, dan itulah sebabnya Indonesia akan memainkan peranan yang penting di abad kedua puluh satu ini.

Jadi hari ini, saya kembali ke Indonesia sebagai sahabat, tapi juga sebagai presiden yang mendambakan persahabatan yang dalam antara kedua negara kita. Karena sebagai negara besar dan plural, sebagai negara bertetangga yang diantarai samudera pasifik, dan terutama, sebagai dua negara demokrasi. US dan Inonesia, diikat bersama oleh nilai dan kepentingan yang sama.

Kemarin, Presiden SBY dan saya mengumumkan kerjasama yang komprehensiv antara Indonesia dan US. Kami meningkatkan hubungan di antara kedua pemerintahan dalam banyak lapangan yang berbeda, dan karena kepentingannya, kami meningkatan ikatan di antara warga kita. ini adalah kerjasama yang setara dalam kepentingan yang saling menguntungkan dan saling menghormati.

Dalam sisa kunjungan saya hari ini, saya ingin jelaskan mengapa kisah ini saya sampaikan. Kisan tentang Indonesia yang pernah saya kenal, begitu penting bagi US dan bagi dunia. Saya akan fokuskan pada tiga hal yang saling berkaitan erat dan mendasar bagi kemanjuan manusia, yaitu pembangunan, demokrasi dan agama.

Pertama, persahabatan antara US dan Indonesia, dapat meningkatkan kepentingan bersama kita dalam pembangunan.

Saat pindah ke Indonesia dulu, sangat sulit membayangkan bahwa di masa depan, kesejahteraan keluarga di Chicago dan Jakarta akan dapat terhubung. Perekonomian kita dewasa ini telah menjadi eknomi global, dan orang Indonesia sudah mempunyai pengalaman mengarungi peluang dan ancaman globalisasi : dari tekanan krisis finansial Asia pada tahun 1990an, hingga jutaan orang yang terangkat dari kemiskinan, karena meningkatnya kapasitas perekonomian. Artinya, dan apa yang kita pelajari dari krisis ekonomi baru-baru ini, adalah kita punya andil terhadap kesuksesan orang lain.

Amerika mempunyai andil dalam pertumbuhan dan pembangunan indonesia, dengan kesejahteraan yang secara luas terbagi di antara warga Indonesia, karena peningkatan kelas menengah di sini, berarti segmen pasar baru bagi barang produk amerika, persis seperti Amerika yang menjadi pasar bagi barang yang dihasilkan di Indonesia. Kami akan berinvestasi lebih banyak di Indonesia, eksport kami meningkat hingga hampir 50 persen dan kami membuka pintu Amerika dan Orang Indonesia untuk melakukan bisnis satu sama lain.

Amerika memberikan andil kepada Indonesia dalam upaya memainkan peranan yang penting dalam membentuk perekonomian global. Sebelumnya, hanya tujuh atau delapan negara yang bergabung untuk menentukan arah pasar global. Itulah sebabnya G20 sekarang menjadi pusat kerjasama ekonomi internasional, dan melalui kepemimpinannya di kelompok anti korupsi, Indonesia akan membawa dunia pada transparansi dan akuntabilitas.

Amerika mempunyai andil terhadap upaya Indonesia mencapai pembangunan yang berkelanjutan karena cara hidup kita akan mempengaruhi kualitas kehidupan dan kesehatan planet kita. Itu sebabnya, kita mengembangkan teknologi energi yang bersih yang dapat menggerakkan industri dan melestarikan sumber daya alam Indonesia yang melimpah, dan Amerika menyambut kepemimpinan Indonesia yang kuat dalam upaya melawan perubahan iklim.

Di atas semua itu, Amerika telah memberikan andil dalam kesuksesan orang Indonesia. Di bawah topic utama dewasa ini, kita akan menjembatani warga kita, karena masa depan keamanan dan kesejahteraan masyarakat kita adalah sama. Itulah yang tepatnya sedang kita lakukan, meningkatkan kerjasama di antara ilmuwan dan peneliti kita, dan dengan bekerjasama meningkatkan jiwa entrepreneur. Terkhusus saya merasa gembira karena kita berkomitmen untuk meningkatkan jumlah orang Indonesia dan Amerika yang belajar di Negara masing-masing. Kita menghendaki semakin banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Amerika dan sebaliknya lebih banyak mahasiswa Amerika yang belajar di Indonesia. Kita akan memperbaharui ikatan dan kesepahaman yang lebih besar.

Itulah issu yang benar-benar aktual dewasa ini, pembangunan bukan hanya angka pertumbuhan dan keseimbangan neraca. Pembangunan itu adalah tentang bagaimana anak-anak kita bisa mempelajari keahlian yang mereka butuhkan untuk mengubah dunia ini. Ini adalah tentang bagaimana mengembangkan bisnis yang bebas dari korupsi, juga tentang bagaimana kekuatan teknologi yang telah mengubah Jakarta dari yang saya kenal dulu, dengan teknologi dan perdagangan yang mengalirkan manusia dan barang, yang dapat menerjemahkan pembangunan itu menjadi kehidupan yang lebih baik, untuk kemanusiaan.

Pembangunan seperti ini, tidak dapat dipisahkan dari peran demokrasi.

Kita kadang mendengar bahwa demokrasi merupakan cara ekonomi mencapai kemajuan. Ini bukan argumentasi yang baru, tetapi yang pasti, dalam perubahan ekonomi yang tidak pasti ini, sebagian orang akan berkata: lebih mudah mengambil jalan pintas ke arah pembangunan dengan memperdagangkan hak asasi manusia untuk kekuatan negara. Tapi itu bukan hal yang saya saksikan dalam perjalanan saya ke India. Dan juga bukan itu yang saya saksikan di Indonesia ini. Pencapaian anda menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan dapat saling menguatkan.

Seperti halnya dengan negara demokrasi lainnya, anda tahu bahwa pasti ada hambatan. Amerika tidak berbeda, konstitusi kami berbicara tentang upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan sebuah persatuan yang lebih sempurna, dan itulah perjalanan yang telah kami lakukan, kami telah bertahan dari perang sipil, dan kami berjuang untuk memperluas hak-hak warga negara. Namun itulah tepatnya upaya yang memberi ruang kepada kita untuk lebih kuat dan lebih sejahtera ini, juga menjadi masyarakat yang lebih bebas dan adil.

Seperti halnya negara lain yang terbebas dari penjajahan di akhir abad lalu, Indonesia berjuang dan berkorban untuk menentukan sendiri nasib bangsanya. Itulah makna Hari Pahlawan. Indonesia yang menjadi milik dari bangsa Indonesia sendiri. Tetapi anda juga harus betul-betul memikirkan bahwa kemerdekaan tidak bermakna mengganti pemerintahan tangan besi bangsa lain, dengan pemerintahan tangan besi dari bangsa sendiri.

Tentu saja demokrasi itu susah. Tidak setiap orang menyukai hasil dari sebuah pemilihan. Anda mengalami pasang surutnya. Tapi perjalanan itu niscaya, dan harus dilakukan lewat mekanisme yang sah. Diperlukan institusi yang kuat untuk melakukan check terhadap konsentrasi kekuasaan, diperlukan pasar terbuka yang memungkinkan setiap orang untuk tumbuh. Diperlukan pers yang bebas dan sistem pengadilan yang independen untuk mengatasi pelanggaran, serta mendesak diwujudkannya akuntabiltias. Dibutuhkan masyarakat terbuka dan warga yang aktif untuk menolak ketidaksetaraan dan ketidakadilan.

Kekuatan-kekuatan itulah yang akan mengantarkan Indonesia ke depan. Untuk itu disyaratkan penolakan atas toleransi terhadap korupsi yang menghalangi datangnya kesempatan. Komitmen untuk transparansi yang memberikan kesempatan kepada setiap orang Indonesia untuk berperan serta dalam pemerintahan mereka. Dan keyakinan bahwa kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh bangsa Indoensia adalah perekat bangsa yang besar ini.

Itulah pesan dari Orang-orang Indonesia yang telah memajukan kisah demokrasi ini. Dari orang-orang yang berjuang di medan perang surabaya 65 tahun lalu, dari para mahasiswa yang yang berunjukrasa damai demi demokrasi pada tahun 90 an, juga pesan dari para pemimpin yang telah secara legowo menyelenggarakan peralihan kekuasaan secara damai. Karena sesungguhnya, hak-hak warga negaralah yang akan mengikat nusantara yang terbentang dari Sabang sampai merauke. Sebuah tuntutan yang harus diajarkan kepada seluruh anak yang dilahirkan di negara ini, tanpa melihat, apakah ia berasal dari jawa, Aceh, Bali, papua. Mereka adalah orang Indonesia dan mereka semua adalah sama.

Upaya itu berkembang sebagai contoh bahwa Indonesia mampu berperan. Indonesia mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan Forum Demokrasi Bali, sebuah forum terbuka bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan praktek terbaik mereka dalam pelaksanaan Demokrasi. Indonesia juga telah menjadi yang terdepan dalam mendorong diberikannya perhatian yang lebih besar terhadap hak asasi manusia di lingkup ASEAN. Negara-negara Asia Tenggara harus memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Itulah alasannya, mengapa kami mendukung semangat masyarakat madani anda dalam bekerja sama dengan negara-negara di kawasan ini. Karena tidak ada alasan untuk membatasi penghormatan atas hak asasi dengan batas sebuah negara.

Bergandengan tangan, begitulah pembangunan dan demokrasi. Negara dengan nilai tertentu yang universal. Kesejahteraan tanpa kemerdekaan hanyalah nama lain dari kemiskinan, karena ada aspirasi kemanusiaan yang sama, yaitu kebebasan untuk mengetahui bahwa pemimpin anda akuntabel. Dan bahwa anda tidak akan terkurung dalam ketidaksetujuan dengan mereka. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan bekerja dengan layak, kemerdekaan untuk mempraktekkan kesetiaan anda tanpa dibatasi oleh ketakutan, itulah nilai-nilai universal yang harus disebarluaskan ke mana-mana.

Agama adalah topik terakhir yang ingin saya bahas pada hari ini, dan seperti halnya dengan demoktasi dan pembangunan, agama adalah masalah yang mendasar bagi Indonesia.

Seperti halnya dengan negara Asia lain yang telah saya kunjungi, Indonesia merupakan negara dengan nilai spiritual yang tinggi. Sebuah tempat di mana peribadatan dilaksanakan dalam berbagai cara. Lewat perbedaan yang kaya ini, Indonesia juga adalah tempat di mana populasi muslim terbesar di Dunia berada. Sebuah kebenaran yang saya tahu ketika masih kanak-kanak, saat mendengar panggilan azan di seantero Jakarta.

Individu tidak bisa dijelaskan hanya lewat keyakinan mereka. Indonesia dijelaskan lebih dari populasi muslimnya. Kita juga mengetahui bahwa hubungan antara US dan masyarakat Muslim tidak cukup akrab dalam beberapa tahun terakhir. Itulah sebabnya Saya melawat ke Kairo bulan Juni lalu untuk membuka awal baru hubungan antara US dan Muslim di seluruh dunia, sebuah jalan baru untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kita.

Saya katakan waktu itu dan saya ulangi sekali lagi, bahwa tak satupun “pidato” dapat menghapuskan masa-masa tidak saling percaya yang telah lalu. Tapi saya percaya waktu itu, dan saya percaya hari ini, bahwa kita mempunya pilihan. Kita bisa memilih untuk hidup dalam perbedaan kita, dan terus-menerus hidup dalam kecurigaan dan ketidak percayaan satu sama lain di masa depan, atau kita bisa memilih untuk bekerja keras menyatukan persamaan dan berkomitmen kepada diri kita masing-masing untuk secara konsisten mengejar kemajuan. Dan saya bisa menjanjikan, tak peduli apapun resikonya, bahwa US berkomitmen terhadap kemajuan manusia. Itulah kita, itulah yang kita lakukan, dan itulah yang akan kita lakukan.

Kita tahu benar, bahwa issu-issu yang meningkatkan ketegangan dalam beberapa tahun terakhir, issu-issu yang dinyatakan di Kairo, 17 bulan telah berlalu sejak pidato itu dan kita telah membuat kemajuan, tapi masih banyak hal yang harus kita lakukan

Orang-orang tidak berdosa di Amerika, Indonesia dan di seluruh dunia masih menjadi target ekstrimis. Saya jelaskan bahwa Amerika tidak dan tidak akan pernah berperang melawan Islam. Kita hanya akan bekerja sama untuk mengalahkan Al Qaeda dan afiliasinya. Kita tidak punya keinginan untuk merebut kepemimpinan atas agama tertentu, apalagi bagi agama besar seperti Islam. Tapi mereka yang ingin membangun, tidak menyerah kepada teroris yang menginginkan kehancuran. Ini bukan hanya tugas Amerika sendiri, karena Indonesia sendiri telah berhasil menumpas akar teroris dan memerangi ekstrimisme.

Di Afghanistan kami terus bekerja dengan negara koalisi untuk membangun kapasistas pemerintah Afghanistan demi menyelamatkan masa depan mereka, kepentingan kita yang sama adalah dalam mewujudkan kedamaian di atas negara yang tercabik oleh perang itu, kedamaian yang tidak memberi tempat aman bagi Ekstrimis dan menyediakan harapan bagi orang Afghan.

Sementara itu, kami juga berhasil menjalankan komitmen kami, yaitu upaya untuk mengakhiri perang di Irak. Hampir 100.000 pasukan Amerika telah meninggalkan Irak selama masa jabatan saya, Orang irak sekarang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keamanan mereka, dan kita akan terus mendukung Irak membentuk pemerintahan sendiri.

Di timur tengah, kami memang pernah terhambat dengan awal yang keliru, tapi kami telah menegaskan tekad kita mengejar perdamaian. Israel dan Pelestina telah memulai kembali pembacaraan damai, walau masih ada beberapa ketidak sepahaman. Seharusnya tidak ada ilusi bahwa kedamaian dan keamanan akan datang begitu mudah, tapi tidak ada keraguan, Amerika tidak memberi tempat pada upaya asal-asalan untuk menghasilkan Israel dan Palestina sebagai dua negara yang hidup berdampingan dalam damai. Itulah tujuan kita.

Andil yang tinggi juga penting untuk memecahkan issu-issu berikut ini. Dunia kita sekarang tumbuh menjadi desa global, menjadi kekuatan yang menghubungkan kita serta memberikan kesempatan meraih kekayaan yang besar, namun di sisi lain, juga memperkuat orang yang menyalahgunakan arti kemajuan. Sebuah bom di pasar bisa memusnahkan gairah perdagangan. Sebuah rumor yang dihembuskan bisa memutarbalikkan kebenaran dan menimbulkan kekerasan di antara masyarakat yang pernah hidup bersama dalam kedamaian. Dalam era perubahan cepat dan pertarungan budaya ini, apa yang kita bagi sebagai manusia dapat sewaktu-waktu menghilang.

Tapi saya percaya bahwa sejarah antara Amerika dan Indonesia, memberi kita harapan. Ini adalah kisah yang tertulis dalam motto negara kita masing-masing. DI Amerika ada motto “E pluribus unum”, banyak tetapi satu, dan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti beragam dalam persatuan. Kita dua negara yang telah melalui perjalanan berbeda,. Bangsa kita menunjukkan bahwa ratusan juta orang yang menganut kepercayaan yang berbeda, dapat bersatu dalam kebebasan di bawah naungan satu bendera. Dan sekarang kita terus membangun makna kemanusiaan kita yang sama, melalui orang-orang mudanya yang akan menuntut ilmu di masing-masing sekolah, melalui jiwa enterpreneur yang mengantarkan kita pada kesejahteraan, dan melalui komitmen kita pada nilai-nilai demokrasi yang fundamental dan aspirasi manusia.

Sebelum ke sini (UI) saya mengunjungi Masjid Istiqlal. Sebuah masjid yang sementara dibangun ketika saya tinggal di Jakarta. Saya terkesan dengan keindahan kubah dan menaranya, dan ruang yang begitu luas. Tapi nama dan sejarahnya juga berbicara tentang apa yang membuat Indonesia menjadi negara besar. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya adalah bukti dari perjuangan negara ini meraih kemerdekaannya. Di samping itu, masjid tempat ibadah ribuan orang muslim ini dirancang oleh seorang arsitek Kristen

Itulah semangat Indonesia, itulah pesan Falsafah Pancasila. Sepanjang gugus kepulauan yang diciptakan dengan segala keindahannya, pulau yang dikeliling lautan yang dinamai dengan kedamaian, orang memilih menyembah Tuhan sesuai dengan keinginan mereka. Islam tumbuh dengan subur, demikian pula penganut kepercayaan lainnya. Pembangunan diperkuat oleh demokrasi, sementara kelestarian tradisi, juga tetap menjadi kekuatan untuk terus maju.

Memang Indonesia bukanlah tanpa ketidaksempurnaan. Tidak ada satupun negara yang demikian. Tapi kita bisa menemukan kemampuan menjembatani perbedaan ras, wilayah dan agama, kemampuan melihat diri anda sendiri bersama dengan orang lan. Sebagai anak-anak dari ras yang berbeda, yang datang ke sini dari negara yang jauh, saya menemukan semangat itu dalam ucapan “selamat datang.” Sebagai orang kristen yang mengunjungi masjid, saya temukan kata dari pemimpinnya yang bertanya tentang kunjungan saya dan berkata, “muslim juga diizinkan masuk gereja. Kita semua adalah pengikut Tuhan.”

Percikan dari sifat ketuhanan menghidupi kita semua. Kita tidak bisa berhenti untuk meragukan atau membangun sinisme dan keputusasaan. Kisah tentang Indonesia dan Amerika harus memberikan optimisme kepada kita, karena kisah itu menjelaskan kepada kita bahwa sejarah adalah bagian dari kemajuan manusia. Bahwa persatuan lebih kuat dari perbedaan, dan bahwa manusia di dunia ini bisa hidup bersama dalam damai. Semoga kedua bangsa kita dapat bekerja sama, dengan keyakinan dan kebulatan tekad untuk berbagi kebenaran kepada seluruh Umat Manusia.

Sebagai penutup. Saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia, Terima kasih.

Tidak ada komentar: