Senin, November 17, 2008

PIDATO BARACK OBAMA



Jika di luar sana, ada orang yang masih meragukan bahwa Amerika adalah tempat di mana segalanya bisa terjadi, atau masih bertanya-tanya, apakah impian pendiri bangsa kita masih hidup di masa kini, atau masih belum meyakini kekuatan demokrasi kita, maka, malam inilah jawaban anda.

Jawaban yang melintas dari negara ke negara, dari sekolah ke sekolah dan dari gereja ke gereja. Jawaban dari orang-orang yang menunggu selama tiga atau empat jam, di mana sebagian di antaranya baru pertama kali mengalami dalam hidupnya, karena mereka yakin bahwa saat ini pasti ada perbedaan, dan bahwa suara mereka tidak mungkin seperti dulu lagi.

Jawaban yang diucapkan oleh setiap orang, baik muda maupun tua, kaya maupun miskin, demokrat maupun republik, hitam, putih, hispanik, asia, asli amerika, gay, cacat ataupun normal. Jawaban orang-orang Amerika yang mengirimkan pesan ke seluruh dunia bahwa kita bukanlah sekumpulan negara bagian merah (negara yang dimenangkan Partai Republik) atau negara bagian biru (Demokrat), melainkan, kita adalah, dan akan tetap bangsa Amerika Serikat.

Jawaban yang sudah cukup lama diucapkan dengan sinis, menakutkan dan meragukan, tentang apa yang bisa kita raih, untuk melakukan sesuatu yang berarti dalam lingkaran sejarah dan membawanya pada harapan yang lebih baik di hari esok.
Penantian panjang itu telah berakhir malam ini, dengan keberhasilan kita dalam pemilihan ini, dalam moment yang tak terlukiskan ini, ketahuilah bahwa perubahan telah tiba di Amerika.

Saya baru saja menerima telepon yang sangat hangat dari Senator McCain. Sudah cukup lama beliau berjuang dengan keras, bahkan perjuangannya bagi negeri yang dicintainya ini lebih keras dan lebih lama lagi. Beliau gigih dan rela berkorban untuk Amerika, yang bagi sebagian dari kita, bahkan tak bisa membayangkannya, berkat pengabdian tanpa pamrih dari pemimpin yang gagah berani ini keadaan kita sekarang ini menjadi jauh lebih baik. Saya ucapkan selamat kepada beliau, juga kepada Gubernur Palin atas segala yang telah mereka capai. Saya harapkan kerja sama mereka untuk bersama-sama mewujudkan janji negeri ini di masa yang akan datang.

Terima kasih kepada rekan seperjuangan saya dalam perjalanan ini, yang berkampanye dari hatinya dan berbicara dengan orang-orang yang tumbuh bersamanya di jalanan-jalanan kota Scranton, juga di kereta-kereta dalam perjalanan pulangnya ke Delaware, Wakil Presiden Terpilih Joe Biden.

Saya tidak akan tampil malam ini tanpa dukungan penuh dari teman terbaik saya dalam 16 tahun terakhir ini. Dia adalah batu karang dalam keluarga saya, kekasih dalam hidup saya, Calon First Lady kita, Michelle Obama. Sasha dan Malia, Aku cinta kalian lebih dari yang bisa kalian bayangkan. Kalian akan segera ditemani seekor anjing “puppy” di gedung putin nanti.

Nenek dan keluarga saya yang telah wafat, yang membuat saya bisa seperti sekarang ini, meskipun sudah tidak bisa bersama kita malam ini, tapi saya yakin mereka menyaksikan. Saya merindukan mereka dan menyadari, bahwa utang budi saya pada mereka tidak terkira nilainya. Terima kasih juga kepada adik saya Maya dan Albert.
Untuk manager kampanye saya David Plouffe, Ketua Tim Strategis David Axelrod, dan Tim Kampanye terbaik yang pernah ada dalam sejarah politik Amerika Serikat, Andalah yang berhasil mewujudkan semua ini. Saya berhutang budi selamanya kepada anda atas pengorbanan anda selama ini. Ketahuilah, saya tidak akan pernah melupakan bahwa andalah pemilik sejati dari kemenangan ini.

Pada awalnya, saya bukanlah calon yang menjanjikan untuk jabatan ini. Kita tidak memulainya dengan uang dan dukungan yang memadai. Kampanye kita tidak muncul dari Washington. Melainkan dari halaman belakang Des Moines, ruang tengah Concord dan teras depan Charleston.

Tumbuh perlahan oleh pekerja pria dan wanita yang rela merogoh tabungan mereka untuk mengumpulkan 5, 10 dan 20 dolar. Makin lama makin menguat berkat dukungan jutaan orang-orang muda yang menolak mitos apatis generasi mereka, yang meninggalkan rumah dan keluarga mereka untuk menekuni kerja yang bergaji kecil dan tidur yang kurang, yang menantang hawa dingin yang menggigit dan panas yang membakar, untuk mengetuk pintu rumah orang-orang yang sama sekali tidak mereka kenal. Orang amerika yang sukarela dan terorganisir untuk membuktikan bahwa Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang muncul lebih dua abad lalu, belum punah dari muka bumi ini. Inilah kemenangan anda.

Saya maklum, bahwa anda melakukannya bukan sekedar untuk memenangkan pemilihan ini, bukan pula hanya untuk saya, melainkan karena pemahaman anda tentang besarnya tugas yang terbentang di hadapan kita.

Saat kita bersukaria malam ini, kita tahu bahwa tantangan yang akan kita hadapi di hari esok amatlah besar. Dua perang yang sedang kita hadapi, planet kita yang makin ringkih, dan terjadinya krisis keuangan terburuk dalam satu abad terakhir ini. Saat kita berdiri di sini malam ini, kita tahu ada orang-orang Amerika yang gagah berani, sedang terjaga di gurun pasir Irak dan Afghanistan mempertaruhkan hidup mereka untuk kita. Ada ibu dan ayah yang terbaring dengan mata nyalang, membayangkan upaya mereka untuk menggadaikan sesuatu agar bisa melunasi tagihan dokter, atau mengumpulkan tabungan bagi anak-anak mereka yang akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Ada energy baru yang dapat kita manfaatkan, ada lapangan kerja baru yang bisa kita ciptakan, ada sekolah-sekolah baru yang harus dibangun, ada ancaman yang harus kita hadapi dan kerjasama yang harus diperbaiki.

Jalanan panjang kini terbentang di hadapan kita. Pendakian kita akan sulit. Kita mungkin tidak akan mencapainya dalam waktu satu tahun atau satu periode, tetapi Amerika – tidak pernah harapan saya sebesar ini, saya berjanji – akan mencapainya sebagai satu bangsa.

Kemungkinan anda akan melihat ada langkah mundur, atau permulaan yang kurang tepat. Mungkin juga ada yang tidak setuju dengan kebijakan yang saya ambil sebagai presiden. Dan kita maklumi bahwa negara tidak mampu menyelesaikan setiap persoalan. Tetapi saya akan selalu jujur pada anda mengenai tantangan yang kita hadapi. Saya akan mendengar anda, terutama yang tidak sependapat. Saya akan meminta anda untuk turut serta membangun bangsa ini tahap demi tahap sebagaimana yang telah kita lakukan dalam 221 th terakhir ini.

Apa yang telah dimulai di pertengahan musim dingin 21 bulan lalu, tidak akan berakhir di musim semi ini. Kemenangan ini sendiri bukanlah tujuan kita. Kemenangan ini adalah peluang kita untuk segera melakukan perubahan. Dan semua itu tidak akan berhasil, jika kita masih menggunakan cara-cara lama. Dan itu hanya dapat berlangsung karena dukungan anda.

Mari kita sepakati konsep semangat baru patriotisme, pelayanan dan tanggung jawab, di mana setiap kita terlibat secara intens dalam kerja keras, bukan hanya untuk diri kita masing-masing, melainkan untuk kita satu sama lain. Ingat, krisis keuangan ini memberi kita pelajaran untuk menghadapi tantangan untuk jatuh dan bangkit sebagai sebuah bangsa.

Kepada yang malam ini menyaksikan dari luar gugusan benua kita, dari parlemen-parlemen dan Istana-istana, dan kepada orang-orang yang berkerumun di sekitar radio di sudut-sudut bumi kita yang terlupakan, kisah kita tetap satu, dan takdir kita satu. Fajar baru kepemimpinan Amerika sudah terbit. Kepada yang bermaksud merobek dunia ini, kami akan menentang anda. Kepada yang ingin menciptakan kedamaian dan keamanan, kami akan mendukung anda. Dan bagi semua yang masih meragukan apakah mercusuar Amerika masih berkedip, malam ini kita buktikan bahwa kekuatan sejati bukanlah berasal dari kekuatan tangan kita ataupun dari ukuran kekayaan kita, melainkan dari kesanggupan kita mempertahanakan demokrasi, kebebasan, kesempatan, dan karena harapan yang tak pernah pudar.

Itulah nafas sejati Amerika, bahwa Amerika bisa berubah. Persatuan kita dapat disempurnakan dan apa yang telah kita capai, menumbuhkan harapan tentang apa yang bisa dan harus kita capai di hari esok.

Pemilihan Umum ini diiringi dengan begitu banyak hal yang baru pertama kali terjadi, yang kelak akan kita kisahkan kepada anak cucu kita dari generasi ke generasi. Namun ada seorang wanita tua yang memilih di Negara Bagian Atlanta. Dia sama saja dengan orang lain yang antri untuk memberikan suara, kecuali satu hal, Perempuan yang bernama Ann Nixon Cooper itu, telah berusia 106 tahun.

Ia lahir di zaman perbudakan, ketika belum ada mobil di jalanan dan pesawat terbang di angkasa. Saat orang-orang seperti dirinya tidak bisa memilih karena dua alasan, pertama karena dia seorang wanita, dan kedua karena warna kulitnya berbeda.
Malam ini, saya berpikir tentang apa yang telah dilaluinya dalam seabad ini di Amerika. Sakit hati dan harapan, pergulatan dan kemajuan. Di zaman ketika orang-orang menganggap kita tidak mampu, dan orang-orang yang dipaksa karena seperti itulah keyakinan Amerika kita saat itu, namun ternyata : kita bisa.
Saat suara para wanita dibungkam dan harapan-harapan mereka dipupuskan, dia hidup dan melihat dirinya berdiri, berteriak menyuarakan haknya, karena ternyata memang : kita bisa.

Saat keputusasaan bergumpal, dan depresi melanda tanah kita, ia melihat negara ini menguasai ketakutannya sendiri dengan cara baru, lapangan kerja baru dan tujuan akal sehat yang baru, ternyata : kita bisa.

Saat bom dijatuhkan di pelabuhan kita dan tirani mengancam dunia, dia ada di sana menjadi saksi bahwa sebuah generasi bangkit menentang dan sebuah demokrasi diselamatkan untuk membuktikan bahwa : kita bisa.

Seorang pria telah menjejakkan kakinya di bulan, dinding ambruk di berlin, dunia terhubung oleh ilmu pengetahuan dan imajinasi kita. Tahun ini, dalam pemilihan ini, ia menyentuhkan jemarinya di layar dan memberikan suaranya, karena setelah 106 tahun di amerika, di antara saat-saat terbaik dan saat-sat terburuk, dia tahu bagaimana Amerika bisa berubah, karena : kita bisa.

Dalam perjalanan sejarah Amerika sejauh ini, kita telah menyaksikan banyak hal. Namun masih banyak hal yang harus kita lakukan. Maka malam ini, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing – jika putra-putri kita harus hidup untuk mengalami abad mendatang, jika putra-putri beruntung hidup selama Ann Nixon Cooper, perubahan apa yang akan mereka lihat? Kemajuan apa yang bisa kita wujudkan?

Inilah kesempatan kita untuk menjawab semua itu. Inilah saat kita. inilah waktu kita untuk kembali bekerja dan membuka pintu kesempatan kepada anak-anak kita. untuk mengembalikan kesejahteraan dan mempromosikan perdamaian. Untuk merebut kembali impian Amerika dan menegaskan kebenaran asasinya. Meskipun kita beragam, kita tetap satu. Sementara kita bernapas, kita juga berharap. Walaupun kita menghadapi sinisme dan keraguan, dari orang-orang yang berkata bahwa kita tidak bisa, kita akan menjawab dengan keyakinan yang tak pernah mati, yang menghimpun semangan bangsa ini, bahwa kita bisa.

Terima kasih, Tuhan memberkati anda dan semoga tuhan memberkati Amerika Serikat.

PIDATO PENGAKUAN KEKALAHAN JOHN McCAIN




Terima kasih, terima kasih atas kedatangan anda di malam yang indah ini.

Teman-teman sekalian, kita telah tiba di ujung perjalanan. Warga Amerika telah berbicara, beberapa saat yang lalu, saya telah menelpon Senator Barack Obama untuk memberikan ucapan selamat.
Mari. Kita selamati beliau karena telah terpilih sebagai presiden negeri tercintai ini untuk periode yang akan datang.

Dalam “pertarungan” yang sepanjang dan sesulit ini, kesuksesan beliau mengundang rasa hormat saya pada kemampuan dan ketangguhannya. Keberhasilannya telah memberi inspirasi dan harapan bagi jutaan warga Amerika yang pernah meyakini bahwa mereka kaum Afrika Amerika) kurang berpengaruh dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Itulah yang membuat saya merasa sangat kagum dan memberikan penghargaan yang begitu tinggi atas pencapaian beliau.

Pemilihan ini sangat bersejarah. Dan menjadi lebih bermakna, karena beliau adalah orang Afrika Amerika. Tentu saja mereka patut mendapatkan seluruh penghargaan malam ini.

Saya selalu percaya, bahwa Amerika menawarkan kesempatan kepada semua orang untuk maju dan mengembangkan dirinya. Tentunya Senator Obamapun memercayai hal itu.
Namun kami berdua menyadari, bahwa meskipun kami telah melalui jalan panjang dari ketidak adilan yang pernah terjadi dan sempat menodai reputasi negara kita, dan menghalangi sejumlah orang Amerika untuk memperoleh berkah sepenuhnya sebagai warga Amerika, kenangan tentang hal itu masih sanggup melukai perasaan kita.

Seabad yang lalu, Undangan Booker T Washington dari Presiden Theodore Roosevelt untuk makan malam di Gedung Putih disebut sebagai sebuah hal yang luar biasa dalam banyak aspek.

Hari ini, Amerika telah menjadi dunia yang jauh dari kehadiran orang-orang yang mementingkan diri sendiri, atau orang-orang yang merasa berbahagia di atas penderitaan orang lain. Tidak ada yang bisa membuktikannya dengan cara yang lebih baik, selain karena terpilihnya seorang Afrika Amerika sebagai Presiden Amerika Serikat.

Tidak ada alasan bagi kita sekarang. Tidak ada alasan bagi siapapun untuk gagal menyambut kewarganegaraannya di negara terbesar di dunia ini.
Senator Obama telah mencapai sesuatu yang luar biasa, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi negaranya. Saya salut pada beliau dan menyampaikan simpati saya yang terdalam kepada neneknya yang sudah tidak bisa bersama kita menyaksikan hari penting ini. Karena keyakinan kita menyatakan bahwa almarhumah telah beristirahat di hadirat sang pencipta dan memiliki kebanggaan pada seorang anak manusia yang baik, yang tak lain adalah darah dagingnya sendiri.

Saya dan Senator Obama telah memperdebatkan visi kami yang berbeda, dan ternyata beliau lebih mumpuni. Tentu saja masih banyak perbedaan yang tersisa.
Negara kita sedang mengalami masa-masa yang sulit. Dan saya berjanji kepada beliau malam ini, untuk melakukan apapun yang sanggup saya lakukan untuk membantu beliau memimpin kita melewati berbagai tantangan yang kita hadapi.

Saya himbau kepada selurah orang Amerika, yang telah mendukung saya, untuk tidak Cuma memberinya ucapan selamat, tetapi juga menawarkan kepada presiden kita itu, niat baik dan upaya keras untuk bersama-sama menemukan cara kompromi dan menjembatani perbedaan kita, serta membantu mengembalikan kesejahteraan rakyat kita. membantu mempertahankan negara kita dari berbagai ancaman bahaya, serta mewariskan negara yang lebih baik kepada anak cucu kita.

Apapun perbedaan kita, kita adalah warga Amerika. Jangan pernah meragukan ketulusan niat saya untuk benar-benar bekerjasama dengan beliau.
Sangat lumrah jika malam ini kita merasakan kekecewaan, namun di hari esok kita harus segera keluar dari kekecewaan itu, dan bekerjasama menggerakkan kembali roda kehidupan bangsa kita ini.

Kita telah berjuang sekuat mungking, meskipun kita merasa kalah, kekalahan itu adalah milik saya sendiri, bukan kekalahan anda.

Dari lubuk hati yang terdalam, saya menghargai dan menghormati dukungan anda dan semua yang telah anda lakukan untuk saya. Kita semua tentu mengharapkan hasil pemilihan ini berbeda dari apa yang ada sekarang.

Jalanan yang telah kita lalui begitu sulit, namun dukungan dan persahabatan anda tidak pernah kendur. Saya tidak mampu menggambarkan, betapa besarnya utang budi saya kepada anda sekalian.

Secara khusus saya berterima kasih kepada istri saya Cindy, anak-anak saya, ibu saya dan seluruh keluarga dan handai tolan saya, juga kepada semua teman lama dan sahabat karib saya yang mendampingi saya melewati suka duka kampanye yang melelahkan ini.
Saya sungguh beruntung, dan tak pernah merasa lebih beruntung dari sekarang ini, berkat cinta dan dukungan yang telah kalian berikan kepada saya.

Ketahuilah, bahwa kadang-kadang kampanye terasa jauh lebih sulit bagi keluarga calon, dibandingkan bagi calon itu sendiri, dan itu benar-benar terjadi dalam kampanye kita ini.

Hanya cinta dan penghargaan tak terhingga, yang bisa saya tawarkan sebagai balasan atas semua yang telah kalian berikan, juga janji bahwa kita akan lebih merasakan kedamaian di tahun-tahun mendatang.

Saya juga tentunya berterima kasih kepada Gubernur Palin, salah satu juru kampanye terbaik yang pernah ada, beliau adalah suara baru yang mengesankan dalam partai kita. harapan baru untuk mereformasi prinsip-prinsip yang menjadi kekuatan partai kita. Kepada suaminya Todd dan lima anak-anaknya yang cantik, saya berterima kasih atas dedikasi dan upaya tak kenal lelah, atas keberanian dan ketulusan yang mereka tunjukkan dalam masa kampanye kita.

Kita semua mengharapkan agar beliau (Sarah Palin) berhasil dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Gubernur di Alaska, juga berhasil sebagai pemuka Partai Republik dan terutama berhasil sebagai tokoh bangsa kita.

Kepada para juru kampanye saya, mulai dari Rick Davis, Steve Schmidt dan Mark Salter, sampai kepada seluruh relawah yang telah berjuang sangat keras dan gigih, dari bulan ke bulan, dalam masa-masa yang tampak seperti masa kampanye paling menantang dalam zaman modern ini, saya ucapkan terima kasih banyak. Kekalahan dalam pemilihan tidak akan berarti apa-apa bagi saya, karena kesetiaan dan persahabatan anda.

Saya tidak tahu, saya tidak tahu apa lagi yang bisa kita perbuat untuk mencoba memenangkan pemilu ini. Saya titipkan kepada yang lain untuk dijadikan sebagai pengalaman berharga. Setiap calon pasti melakukan kesalahan. Dan saya yakin, sayapun pernah melakukannya sadar atau tidak. Namun saya tidak akan menghabiskan waktu di masa depan untuk menyesali apa yang telah terjadi.

Kampanye ini, dari dulu, sekarang, dan di masa yang akan datang, akan selalu menjadi kebanggaan terbesar dalam hidup saya, hati saya dipenuhi dengan rasa terima kasih atas kesempatan terlibat dalam pengalaman ini. Dan saya juga bangga kepada seluruh warga Amerika yang telah memberi saya kesempatan untuk berdiskusi secara fair dalam debat terbuka, sebelum akhirnya memutuskan untuk memilih Senator Obama dan Teman lama saya Senator Joe Biden untuk memimpin kita empat tahun ke depan.

Saya tidak akan menjadi orang Amerika yang merasa layak untuk menyesali nasib yang memungkinkan saya memberikan pengabdian bagi negeri ini selama setengah abad.?
Saat ini, saya pernah menjadi calon untuk jabatan tertinggi di negeri tercinta ini. Dan malam ini, saya tetap abdi negaeri ini. Hal itu cukup menjadi anugrah bagi siapapun dan saya berterima kasih kepada Warga Arizona untuk segalanya.

Malam ini, lebih dari malam-malam lainnya, tidak ada yang tersisa dalam hati saya, kecuali rasa cinta kepada negeri ini dan seluruh warganya, baik yang mendukung saya, maupun yang mendukung Senator Obama.

Semoga rahmat Tuhan tercurah bagi pria yang pernah menjadi lawan saya namun akan segera menjadi Presiden saya. Dan saya undang seluruh Orang Amerika, sebagaimana sering saya sampaikan dalam setiap kampanye saya, untuk tidak berputus asa terhadap kesulitan kita saat ini. Namun tetap percaya, dan selalu percaya pada janji dan pada kebesaran Amerika, karena semua hal masih mungkin terjadi. Amerika tidak akan pernah berhenti. Dan kita tidak akan pernah menyerah. Kita tidak akan pernah bersembunyi dari sejarah, karena kitalah yang membuat sejarah.

Terima kasih, Tuhan memberkati anda semua, dan Tuhan memberkati Amerika. Terima kasih banyak untuk anda semua.

Senin, November 03, 2008

STERILKAN BIROKRASI DARI POLITIK



Membangun profesionalisme birokrasi harus berangkat dari sistem politik yang sehat. Sehatnya sebuah sistem politik ditandai dengan aturan yang jelas (sehingga tidak multi interpretasi), kecerdasan (intelektual, mental dan spiritual) elit politik yang memadai, dan kesadaran politik masyarakat yang tinggi.

Memang kondisi itu terlalu ideal untuk ukuran Indonesia yang masih tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan. Namun upaya untuk mencapai situasi itu, harus dimulai dari sekarang.

Kemunculan partai politik dari tahun ke tahun, menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat untuk terlibat dalam praktek politik (politik Praktis). Namun motivasi keterlibatan mereka patut ditelaah lebih jauh. Apakah memang merupakan panggilan hati nurani untuk turut serta melakukan perbaikan atau hanya sekedar perbaikan nasib.

Dalam konteks politik lokal, Partai politik memang telah menjadi salah satu jalan lurus untuk meraih jabatan-jabatan politik. Kasus Pemilihan Kepala Daerah di beberapa Kabupaten beberapa hari terakhir ini melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang relatif masih "hijau". Semua itu semakin memasivkan dorongan bagi kalangan lain untuk turut mengadu nasib agar "siapa tahu" bisa menjadi seseorang.

Ironisnya, birokrasi amat sangat tergantung pada pejabat-pejabat politik seperti itu. Segera sesudah pemilihan, dan para elit menduduki posisinya, terjadilah praktek balas budi dan balas dendam. Siapa yang berjasa pada "pemenang" pemilu, berarti ia akan mendapatkan tempat yang layak di sisi penguasa. Sementara yang pernah menempatkan diri pada posisi di seberang, bisa jadi akan menjadi sasaran tembak.

Profesionalisme birokrasi dalam kondisi seperti itu, hanya akan menjadi sekedar mimpi indah.

Kamis, Oktober 30, 2008

BUPATI DAN WAKIL BUPATI WAJO YANG BARU



Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Wajo yang berlangsung tanggal 29 Oktober 2008 kemarin, melahirkan figur pemimpin yang baru. Meskin terkesan sangat tipis, menang tetap saja menang.

Selamat kepada pemimpin baru Kabupaten Wajo, semoga berhasil memenuhi harapan masyarakat rakyat.

Sabtu, Agustus 30, 2008

SAMBUTAN CAMAT TEMPE DALAM RANGKA MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN 1429 H




Assalamu ‘Alaikum Wr.wb.

Kaum Muslimin dan Muslimat se Kecamatan Tempe dan jama’ah Tarwih yang berbahagia.
Sudah sepantasnya kita semua memanjatkan puji dan syukur yang tiada terhingga ke hadirat Allah Swt, karena pada malam hari ini, kita kembali memasuki Bulan Suci Ramadhan 1429 H dalam keadaan sehat wal afiat. Semoga nikmat dan karunia-Nya yang kita rasakan selama ini, semakin menjadikan kita hamba yang pandai mensyukuri nikmat.

Shalawat dan salam, tak lupa kita kirimkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya, demikian pula kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat yang mengikuti ajaran beliau, hingga akhir zaman.

Hadirin dan Kaum Muslimin sekalian yang berbahagia,

Tanpa terasa, satu tahun berlalu, sejak kita menyambut Bulan Suci Ramadhan 1428 Hijriyah. Selama kurun waktu satu tahun itu, pastilah banyak hal yang terjadi dan menimpa kita. Apakah itu sesuatu yang menggembirakan, atau menyedihkan. Namun satu hal yang pasti, setiap peristiwa yang kita alami tentu memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas kita sebagai insan yang beriman.

Datangnya Bulan Suci Ramadhan kali ini, tetap diwarnai dengan berbagai permasalahan yang berdampak langsung terhadap kehidupan kita. Diantaranya kenaikan harga BBM, yang ternyata juga disertai dengan kelangkaan dalam distribusinya. Hal itu berdampak langsung terhadap aspek-aspek kehidupan kita lainnya. Meskipun demikian, tidak berarti rasa sukacita kita dalam menyambut bulan ini menjadi berkurang. Suasana religius yang menyertai datangnya bulan suci ini, tetap memberikan dorongan yang kuat, untuk memanfaatkan setiap detik di bulan ini dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Agar ibadah kita dalam Bulan Ramadhan kali ini tetap berlangsung dengan khusyu dan khidmat, maka perkenankanlah saya menyampaikan kepada kita semua, beberapa hal sebagai berikut :

Pertama, marilah kita berusaha menjaga kesucian Bulan Ramadhan ini, dengan memperbanyak ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, semoga di akhir ramadhan nanti, kita termasuk dalam golongan orang yang ketaqwaannya semakin meningkat saat berlalunya bulan penuh ampunan ini.

Kedua, marilah kita saling menghormati dan saling memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk menjalankan ibadah puasa serta amaliah ramadhan lainnya dengan baik. Bagi yang kebetulan berhalangan dalam menjalankan ibadah puasa, hendaknya tidak makan dan minum secara demonstratif di tempat-tempat umum. Demikian pula kepada para pemilik Restoran, warung makan dan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, agar dilakukan secara terbatas.

Ketiga, tingkatkan kepekaan dan solidaritas kita terhadap sesama manusia, tumbuhkan rasa peduli terhadap penderitaan orang lain yang kebetulan kurang beruntung.

Keempat, tingkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bahaya kebakaran. Saling mengingatkan dan saling peduli di antara sesama tetangga, demi menjaga keselamatan diri dan harta benda kita bersama.

Kelima, Suasana menjelang Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Wajo, hendaknya tidak mengurangi kekhusyukan kita dalam menjalankan ibadah ramadhan. Marilah kita tetap berusaha menjaga silaturahmi dengan sesama umat, dengan saling menghormati dan saling menghargai pilihan masing-masing.

Kaum Muslimin dan hadirin yang berbahagia,

Akhirnya, saya atas nama pribadi dan keluarga, juga atas nama seluruh jajaran Pemerintah Kecamatan Tempe, menyampaikan ucapan selamat memasuki Bulan Suci Ramadhan 1429 H, dan selamat menunaikan Ibadah Puasa. Semoga amal ibadah yang kita jalankan di bulan Ramadhan ini, mendapatkan ridho dan balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin yaa Rabbal alamin.

Sekian dan terima kasih, wabillahi taufik wal hidayah, wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA



Selamat menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan 1429 H. Semoga amal ibadah kita di bulan rahmat ini, dapat kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meraih derajat Taqwa.

Senin, Juli 21, 2008

RESIKO JABATAN

Tanggal 16 Juli 2008 lalu, pada sekira pukul 21.15 Wita, saya membawakan SK Pemberhentian seorang Lurah yang selama ini memang rada benci sama saya. Saya ditemani oleh 8 orang tokoh masyarakat kelurahan tempatnya bertugas dan menggunakan 3 unit mobil.

Saat berbincang dengan lurah (tepatnya mantan lurah) tersebut, hampir tidak ada riak dan gejolak yang muncul di permukaan. Ekspresi wajahnya normal, nada suaranya, meski sesekali meninggi namun tetap terkendali. Intinya, tidak ada masalah dengan pemberhentian itu. Untungnya, saat berbincang saya menyempatkan diri merekam pembicaraan tersebut dan beberapa hari kemudian, rekaman itu menjadi bukti yang cukup meyakinkan.

Keesokan harinya, tanggal 17 Juli, sekitar pukul 10 pagi, saya ditelepon oleh Sekda dan diminta untuk segera menghadap. Dari beliau saya tahu bahwa seorang anggota DPRD yang merupakan keluarga dekat mantan lurah tersebut komplain karena saya membawa "banyak" orang hanya sekedar untuk mengantarkan SK Pemberhentian. Siang harinya, Anggota DPRD itu sendiri yang menelpon saya dan menyampaikan secara langsung rasa keberatannya dengan tindakan saya itu. Malam harinya, seorang keluarga yang mengaku dihubungi anggota polsek juga menerima komplain serupa. Kebetulan anggota Polsek itu adalah keluarga si mantan lurah.

Saya mulai merasa heran, mengapa persoalan sekecil itu tiba-tiba membesar dan menjadi bola panas. Puncak dari keheranan saya adalah ketika seorang anggota Polres datang pada hari Jumat menemui saya di sela-sela pertemuan pembagian kartu BLT. Dia mengisolir saya ke sebuah tempat dan menyampaikan bahwa anggota Intel Polres mencium adanya gerakan massa dalam jumlah besar yang akan melakukan demonstrasi terhadap saya.

Rencana pengamanan dan evakuasi segera disusun oleh Pak Polisi dan rekan-rekannya. Lalu teman-teman saya di Kecamatan dan Kelurahan segera menyusun kekuatan untuk membendung gerakan itu. Alhamdulillah, hanya ada 5 orang yang kemudian menemui saya usai shalat jumat di kantor kecamatan dan sebuah rancangan penyelesaian masalah berhasil dicapai.

Saya merenung, mencoba mengoreksi dan mengintrospeksi diri. Akhirnya saya menemukan kenyataan bahwa kedatangan saya malam itu telah didramatisir dan dibesar-besarkan oleh mantan lurah itu untuk menghasut keluarganya agar melakukan sesuatu yang kurang baik kepada saya.

Resistensi karena arogansinya selama ini, terpatahkan dan itu membuatnya sangat sakit hati. Maka ditempuhnyalah berbagai macam cara agar ia bisa memenangkan pertarungan.

Jumat, Juni 13, 2008

KOTA SENGKANG KEBANJIRAN


Banjir musiman yang secara rutin bertandang ke Kota Sengkang kembali nongol. Sesuatu yang dinantikan oleh sebagian warga yang bermata pencaharian nelayan, namun juga dihindari oleh warga yang pekerjaannya tidak berhubungan dengan air.


Infrastruktur yang tersedia relatif tidak bisa digunakan, rumah-rumah dan gedung publik tergenang, bahkan hingga beberapa cm di atas lantai. Uniknya, musik dangdut tetap berkumandang dari stereo penduduk di lokasi banjir.
Bahkan di beberapa tempat, lubernya air justru dimanfaatkan sebagai "kolam renang" dadakan yang ramai dikunjungi warga terutama anak-anak untuk berekreasi.
Jadi... Banjir itu memang kadang-kadang berwajah bencana, namun di sisi lain, bisa juga berwajah hiburan. Itu terjadi di Kota Sengkang.


Minggu, Mei 11, 2008

BERBURU PIALA ADIPURA


Tahun 2007 lalu, Kota Sengkang berhasil meraih piala Adipura. Kesan yang timbul di benak sejumlah orang, termasuk diriku sendiri, pada saat itu adalah: “Koq bisa?” Pasalnya, kondisi kota sengkang tidak bersih-bersih amat. Sistem drainase kota amburadul, tortoar berantakan dan jalan raya banyak yang berlubang, penghijauan juga asal ada.


Tiba saatnya di tahun 2008, akibat keberhasilan itu, standar penilaian pun meningkat dari tahun lalu. Jumlah ruas jalan makin banyak yang masih titik penilaian. Jumlah gedung kantor dan sekolah juga masing-masing bertambah dua unit. Lalu kompleks perumahan harus cukup 5 lokasi. Jika pada tahun 2007 lalu pencapaian itu terkesan “, maka pada tahun 2008 ini menjadi “mission impossible.”

Menurut hemat saya, ada sesuatu yang salah dalam memaknai penghargaan Piala Adipura ini. Piala Adipura bukan semata-mata prestasi yang harus dibanggakan, melainkan juga apresiasi pemerintah terhadap kepedulian pemerintah daerah dan masyarakat, terhadap kelestarian lingkungan. Isu kerusakan lingkungan yang ditandai dengan penggundulan hutan, pencemaran udara, air dan tanah, global warming dan sebagainya, yang berdampak pada banyaknya bencana alam, memang seharusnya menjadi keprihatinan kita bersama. Ancaman bagi kelangsungan hidup anak cucu kita semakin nyata di depan mata.

Kota-kota yang berhasil meraih adipura memang patut berbangga. Namun pertanyaannya : “apakah pengelolaan lingkungan hidup di kota anda benar-benar berpihak kepada kelestarian alam?” Jika ternyata jawabannya “tidak”, maka percumalah segala kebanggaan itu. Atau jika dalam melakukan pembenahan anda Cuma sekedar merekayasa, maka sia-sialah semua upaya itu.

Intinya, ada sesuatu yang jauh lebih mulia, ketimbang sekedar piala dan kebanggaan. Dan itulah yang agaknya tidak dipahami oleh para pemburu adipura.

LAPORAN SELESAI


Beberapa hari belakangan ini saya merasa gundah. Sore tanggal 8 Mei lalu, Bupati menelpon saya dan menyampaikan bahwa seorang kepala Badan yang mengelola lingkungan hidup dan seorang Kepala Dinas yang mengelola kebersihan melaporkan saya kepadanya. Isi laporannya : saya (sebagai camat) tidak bekerja dalam upaya mempertahankan piala Adipura bagi Kota Sengkang.

Yang membuat hati saya gundah, bukanlah isi laporan itu. Karena sejauh ini, saya telah mengerahkan segenap kemampuan saya untuk memberikan bantuan. Satu regu pasukan khusus yang saya bentuk dan diberi nama Satuan Tugas Kebersihan Kota (satgas), sebagai representasi saya dan teman-teman saya di kelurahan, telah saya BKO kan ke Bapedalda. Upah, logistik dan segala tetek bengek yang dapat mendukung bekerjanya satgas itu menjadi tanggung jawab saya. Artinya, berapapun biaya yang diperlukan, agar Bapedalda dapat memanfaatkan satgas itu secara optimal, tidak menjadi masalah. Mereka (di bapedalda) cukup menunjukkan lokasi yang perlu dibenahi, dan seorang tenaga teknis yang mampu membimbing dan mengawasi pekerjaan mereka. So... laporan mereka tidak benar.

Yang membuat hati saya gundah, adalah kesadaran bahwa saya dilaporkan ke Bupati karena kedua pejabat tinggi itu tidak memahami tugas pokok mereka dan tugas pokok saya. Badan adalah perangkat daerah, Dinas adalah perangkat daerah, kecamatan juga adalah perangkat daerah. Ketiganya bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekda. Meskipun demikian, tidak berarti ketiganya bisa melakukan satu jenis pekerjaan yang sama sehingga terkesan overlap, atau menjadi tidak jelas siapa mengerjakan apa. Dinas itu memungut sampah, kok badan juga, dan kecamatan dituntut untuk melakukan hal yang sama. Dinas memelihara saluran drainase kota, badan juga. Eh..., mereka mengharapkan kecamatan juga melakukan hal itu.


Tapi yang paling membuat hati saya gundah, adalah karena kedua pejabat tinggi itu, adalah orang-orang tua menjelang pensiun, yang harga dirinya jika di bantah oleh seseorang akan menjadi berlipat ganda. Keduanya juga adalah orang-orang yang secara kultural berdarah lebih biru, dan dari alam bawah sadarnya memiliki arogansi feodal yang primitif. Artinya, selama keduanya masih bertengger di jabatan-jabatan itu, tidak akan ada camat di kota Sengkang yang dapat lolos dari ronrongan mereka.
Laporan selesai !

Senin, April 28, 2008

CALON INDEPENDEN

Suasana menjelang pemilihan Bupati di Kabupaten Wajo mulai membawa hawa panas. Bakal calon yang sudah hampir pasti mempunyai kendaraan politik, mulai pasang kuda-kuda. Yang lucu, bakal calon yang tidak punya kendaraanpun tidak kalah sibuknya.

Dalam sebuah rapat yang saya pimpin dua malam yang lalu, saya sempat mewanti-wanti rekan-rekan saya di Kelurahan untuk mengantisipasi oknum tertentu yang meminta KTP warga untuk melengkapi bahan dari Calon Independen. Bukannya saya tidak memberikan jalan kepada balon-balon independen tersebut. Saya hanya kurang sependapat jika cara-cara yang mereka gunakan untuk memenuhi syarat jumlah pendukung (yang dibuktikan dengan KTP) ditempuh dengan jalan "membodohi" masyarakat.

Dalam prakteknya, tidak sedikit masyarakat yang rela menyerahkan KTP dan menandatangani pernyataan dukungan terhadap salah seorang calon independen karena diiming-imingi bantuan. Artinya mereka tidak sepenuhnya jujur dalam meraup dukungan masyarakat. Menurut hemat saya, jika dalam upaya menjadi calon saja mereka sudah berani membodohi rakyat, maka apalagi nanti jika mereka sudah menduduki jabatan sebagai Kepala Daerah. Logikanya, mereka berbohong untuk meraih sesuatu yang tidak sepantasnya mereka raih, dan kebohongan itu akan terus berlangsung agar kekuasaannya dapat dilanggengkan.

Siapakah yang harus peduli dengan kondisi ini?

Senin, Maret 17, 2008

MEMERINTAH DAERAH

Mungkin ada yang menganggap judul di atas salah tulis, karena istilah yang lazim adalah Pemerintah Daerah, tapi tidak, judul itu sudah benar. Karena memang yang saya maksud adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, yaitu memerintah daerah.

Pekerjaan memerintah dalam pengertiannya yang hakiki, sudah tidak relevan dengan kondisi dan situasi aktual dewasa ini. Pemahaman bahwa memerintah berarti menyuruh orang lain melakukan sesuatu sudah tidak tepat disematkan pada tugas dan fungsi Pemerintah Daerah dalam menjalankan otonominya.

Pemerintah Daerah saat ini, lebih merupakan petugas yang berkewajiban menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Jika masyarakat tidak punya tempat tinggal, cari pemerintah. Jika masyarakat tidak makan, cari pemerintah. Jika masyarakat tidak bisa ke mana-mana karena tidak punya jalanan, cari pemerintah. Jika masyarakat mau menyekolahkan anak tapi tidak punya uang, cari pemerintah. Jika masyarakat sakit dan tidak bisa mendapat pengobatan yang layak, cari pemerintah. Sehingga istilah yang paling tepat dalam membahasan tugas dan fungsi itu, adalah orang yang diperintah oleh daerah.

Jumat, Januari 25, 2008

JIKA URUSAN KITA DIINTERVENSI

Sebagai seorang pamong, ada kewenangan tertentu yang melekat dan menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Jika berdasarkan pertimbangan rasional dan obyektif sesuatu harus saya lakukan, maka saya akan lakukan. Sebaliknya jika suatu hal saya pandang tidak bermanfaat, maka tidak ada seorangpun yang bisa memaksa saya untuk melakukannya.

Namun barangkali hal itu tidak sepenuhnya berlaku di Kecamatan yang saya pimpin. Dalam beberapa tulisan sebelumnya saya sempat menulis bahwa saya jadi camat, hanya bagi orang-orang yang secara struktural, fungsional, sosial dan kultural lebih rendah dari saya. Di dalam kecamatan saya, berdomisili orang-orang yang jabatannya lebih tinggi, lebih berkuasa, bahkan lebih berpengaruh. Jika mereka tidak bisa memosisikan diri secara ideal sebagai warga masyarakat biasa, maka ia bisa saja mendikte kebijakan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Dan itulah yang terjadi. Karena tidak semua "pejabat tinggi" ini mampu bersikap arif, ada-ada saja ulah mereka yang menyesakkan dada teman-teman saya di kelurahan, termasuk saya sendiri. Mereka - karena merasa lebih berkuasa - mendikte kebijakan yang saya ambil. Dalam kasus penunjukan Kepala lingkungan misalnya, ada upaya-upaya tertentu dari sebagian mereka untuk memaksakan kehendaknya. Dan biasanya untuk mewujudkannya, itu harus melanggar prosedur yang berlaku.

Dalam kasus tertentu, keadaan itu tidak terlalu menjadi masalah, sepanjang kehendak mereka sejalan dengan keinginan sebagian besar masyarakat. Namun manakala kehendak itu berlawanan dengan keinginan lebih banyak warga, apa yang akan terjadi?

Itulah yang sekarang saya alami. God, help me....